Home » , » Investasi Tanpa Rugi, ‘Bersedekah Gak Usah Banyak Mikir’

Investasi Tanpa Rugi, ‘Bersedekah Gak Usah Banyak Mikir’

Written By Unknown on Senin, 29 Juni 2015 | 19.03



Oleh: Rezkytama Putra

HIDUP itu ialah jalan panjang yang penuh perjuangan. Kerasnya hidup sering membuat kita fokus pada diri sendiri. Kebutuhan yang rutin harus terpenuhi, tuntutan kerja yang tak ada habisnya, hutang yang berbelit-belit, terkadang membuat kita mau tak mau harus mengesampingkan orang lain di sekitar kita. Sulitnya hidup membuat orang bekerja keras untuk menjalaninya.

Uang…uang…dan uang. Harta…harta.. .dan harta. Seringlah membuat kita gelap mata dan lupa akan apa yang pernah diembankan kepada kita. Aneh rasanya, ketika kita sadar bahwa ada orang yang dirinya mampu menyewa jet pribadi untuk menjelajah dunia setiap saat, namun disaat yang bersamaan terdapat wilayah yang untuk mencicipi air bersih setiap hari pun seperti impian. Ada juga banyaknya kasus obesitas merajarela seiring dengan adanya penderitaan busung lapar di berbagai wilayah. Sadarkah kita?

Berkaca dari hal tersebut, ternyata dahulu pernah dalam suatu dekade di suatu wilayah, sesuatu yang luar biasa terjadi bahkan kejadian ini bukan hanya sekali, namun berkali-kali. Suatu masa dimana untuk menemukan orang yang membutuhkan dana sosial saja sangatlah susah. Benarkah?

Pada suatu hari, seorang amil zakat datang menemui khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Azîz. Amil tersebut mengeluh karena ia kesulitan menemukan orang untuk disantuni zakat. Khalifah pun menyuruhnya untuk menggunakan dana zakat tersebut untuk melunasi hutang rakyatnya. Amil itu pun datang kembali dan mengeluhkan hal yang sama kepada khalifah ‘Umar. Kali ini sang amil pun disuruh untuk menebus para budak yang ada disana. Betepa luar biasanya perekonomian zaman itu. Kenapa bisa sperti itu?

Pada zaman Khalifa ‘Umar, masyarakat islam terkenal dengan masyarakat yang makmur. Sehingga rakyatnya jarang ditemukan kasus kelaparan apalagi yang mengemis-ngemis. Mereka yang kaya sadar atas kewajiban mereka untuk berzakat. Suatu kesadaran bahwa dalam hartanya terdapat hak-hak bagi orang lain. Itulah yang menjadikan masyarakat kala itu makmur sejahtera.

Beberapa dari kita mungkin ragu, zakat, sedekah, infak dan berbagai amalan yang berhubungan dengan harta. Kita seakan menyatakan bahwa “Sekarang saja saya kesusahan, malah disuruh mikirin orang lain”. Hal ini sering kali membuat kita berpikir dua kali untuk membagi harta kita. Bahkan terkadang cerita-cerita yang kita dengar dari beberapa orang tentang keajaiban sedekah atau kisah-kisah tentang membagi harta kepada oranglain yang membutuhkan seperti kisah fiksi belaka yang dibuat-buat. Sedekah seribu baliknya sejuta. Zakat beras dibalas mobil. Semua itu terkesan omong kosong yang hanya dikarang untuk menyemangati insan yang hendak menbagi hartanya. Namun jangan salah, sebab Allah Swt telah berjanji, dan Allah Swt tak pernah ingkar akan janji pada hamba-hamba-Nya.

Dalam surah Al-Baqarah ayat 261 Allah Swt menyatakan bahwa perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir berisi seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.

Saya pun mencoba untuk membuktikannya sendiri. Jika kita hitung-hitung dari pengeluaran harta kita mendapat keuntungan maksimal dengan tujuh ratus kali dari modal awal. Waktu itu ialah hari jumat. Saya pun mencoba membuktikan kebenaran ayat tersebut. Selembar uang seratus ribu saya masukkan ke kotak amal. Beberapa hari saya menunggu untuk balasannya. Sehari, dua hari, bahkan sudah menginjak seminggu. Sesuatu pun terjadi dan membuat saya bingung sendiri. Hari itu adalah hari pengumuman sebuah ujian universitas untuk saya. Akhirnya saya diterima di universitas yang saya idamkan. Bukan hanya itu saja, Alhamdulillah saya mendapat beasiswa penuh di universitas tersebut.

Mari kita berhitung:

Biaya kuliah satu semester kala itu ialah delapan juta rupiah. Fakultas yang saya ambil mengharuskan saya kuliah selama empat tahun, berarti delapan semester.

“8 juta x 8 semester = 64 juta”

Wow, dengan modal seratus ribu tadi ternyata saya mendapat 64 juta rupiah atau sekitar 640 kali dari modal awal. Memang tidak pas 700 kali lipatnya, tapi jika dihitung dengan biaya administrasi, pendaftaran dan sebagainya, maka 700 kali lipat sudah terlewati.

Namun, ketika kita hendak bersedekah kepada orang lain tak jarang kita terlalu memikirkan hal-hal seperti ini:

-“Saya ini sudah sedekah berjuta-juta. Tapi masih gini-gini aja hidup saya” –

Maka Anda yakin? Tidak ada yang mampu menebak skenario-Nya. Apa yang Dia berikan mungkin kita tidak menyadarinya, jangan sampai kita kufur atas nikmat-Nya. Mungkin Dia tidak membalasnya dalam bentuk uang, tapi dalam bentuk kenikamatan yang lainnya. Sadarkah kita bagaimana kita merasakan nikmat sehat sekarang, bukankah suatu kenikmatan yang luarbiasa ketika tubuh ini sehat?

- “Sehat mah yang enggak zakat aja juga sehat”-

Kalau begitu bagaimana pekerjaan kita? Masih banyak orang pengangguran disana yang tidak dapat bekerja.

- “Apa bedanya dengan sehat yang tadi? Banyak juga yang gak sedekah tapi dapet kerja”-

Baik, kalau begitu bagaimana dengan keluarga? Banyak dari kita yang keluarganya telah meninggal, sementara sekarang Alhamdulillah keluarga kita masih utuh.

-“Sama saja dengan yang tadi-tadi”-

Kalau anak keturunan gimana? Tidak sedikit lho mereka yang tidak diberikan amanat untuk memiliki anak hingga sekarang, bukankah anak ialah harta yang tidak dapat dinilai harganya, begitu juga dengan keluarga.

- “Hmm..”-

Masih ragu? Bukankah Allah sudah memberikan semua nikmat dari harta, sehat, pekerjaan, keluarga yang lengkap, keturunan, rumah, kebahagiaan. Sudahkah kita berterima kasih kepada-Nya? Jika dibandingkan dengan zakat yang hanya 2,5 persen, bukankah zakat tersebut terlihat kecil. Investasi harta kepada-Nya tidak akan pernah rugi dan akan selalu untung. Janganlah meragukan hal tersebut, karena Allahlah yang mengatakannya.

Sekarang, mungkin beberapa dari kita masih berpikir:

-“Saya lagi gak punya duit, malah suruh sedekah. Mau makan pakai apa?”-

Tapi apakah kita benar-benar mau melewatkan sedeqah di bulan yang mulia ini?

-???-

Sudahlah beramal itu tidak perlu banyak berpikir, asal niat karena Allah Swt, Insya Allah kita akan mendapatkan berkah dari harta pemberian tersebut. Cepat, Lekas, dan Bergegaslah! Sebab waktu terus bergulir, mumpung hari ini kita masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk beramal sholeh di bulan yang suci ini. []

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.