Home » , » Kiat-kiat Agar Menjadi Istri Shalihah

Kiat-kiat Agar Menjadi Istri Shalihah

Written By Unknown on Kamis, 25 Juni 2015 | 08.23


ISTRI yang shalihah merupakan dambaan setiap laki-laki. Sebagai seorang suami pasti menginginkan istri yang shalihah yang mampu menjalankan segala kewajibannya dan memenuhi segala hak suami terhadap istrinya. Memiliki istri yang shalihah bagaikan memperoleh kenikmatan di dunia, sebagaimana dengan hadits Rasulullah yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amar bin Ash, Rasulullah SAW bersabda, “Dunia ini adalah kenikmatan, dan sebaik-baik kenikmatan dunia adalah perempuan (istri yang shalihah),” (HR. Muslim dan Ahmad).
Agar kita bisa dikategorikan dan termasuk sebagai istri yang shalihah, berikut akan dijelaskan apa saja perkara yang harus dipenuhi:
1. Selalu mendahulukan hak suaminya daripada hak orang lain termasuk hak dirinya sendiri.
2. Senantiasa bersedia memberikan kenikmatan (termasuk kenikmatan seksualitas) kepada sang suami, terutama jika suami menginginkannya, terkecuali jika sedang haid dan mengalami nifas. Apabila istri menolak keinginan suami tanpa sebab dan alasan yang diperbolehkan dalam ajaran Islam, maka saat itu juga istri berdosa, bahkan dilaknat oleh malaikat. Sabda Rasulullah SAW mengatakan:
“Apabila suami mengajak istrinya berhubungan, lalu istrinya menolak (tanpa alasan yang dibenarkan), lalu suaminya marah, maka istri itu dilaknat oleh malaikat,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasul juga mengatakan, “Apabila diajak oleh suaminya untuk berhubungan intim, maka istri harus memenuhi ajakan itu, meskipun ia sibuk di dapur,” (HR. Tirmidzi dan Nasa’i).
Selain itu, Rasulullah juga mengatakan pada haditsnya yang lain bahwasanya, “Apabila seorang istri tidur menjauh dari tempat tidur suaminya (karena menghindari suami dsb), maka istri itu dilaknat oleh malaikat hingga pagi,” (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Tidak diperkenankan bagi istri untuk menjalankan puasa sunat tanpa seizin suaminya. Saat sang istri sedang berpuasa, sudah tentu suami dilarang untuk menggaulinya, padahal hak bergaul adalah hak suami terhadap istrinya, hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak halal (tidak boleh) seorang istri berpuasa padahal suaminya ada di rumah, kecuali atas izinnya,” (HR. Bukhari dan Muslim).

4. Tidak diperkenankan untuk seorang istri memberikan sesuatu dari dalam rumahnya atau mengeluarkan sesuatu dari dalam rumahnya tanpa izin dan sepengetahuan suaminya. Apabila ia melakukan hal tersebut, maka dosa yang akan didapat, sedangkan sang suami mendapatkan pahala. Tentunya yang menyangkut tentang hal-hal yang memang bernilai dan harus sepengetahuan suami.
5. Sebagai seorang istri tidak diperbolehkan bepergian meninggalkan rumah, dan mencari nafkah (kerja) di luar rumah kecuali dengan izin suaminya.
6. SEBAGAI seorang istri, harus memiliki sifat qana’ah yaitu menerima apa adanya segala kemampuan suami dalam hal mencari nafkah. Ia tidak boleh menuntut suaminya melebihi kadar kemampuan yang suami punya. Seorang istri yang shalihah harus senantiasa mengingatkan suaminya untuk mencari nafkah dari sumber yang halal jangan sampai terjerumus dan terjebak ke dalam pekerjaan yang haram. Kita dapat mencontoh dari perkataan para istri salafusshaleh yang selalu mengatakan seperti ini ketika suaminya hendak meninggalkan rumah untuk mencari rezeki, “Hati-hati dan jauhi sumber-sumber rezeki yang haram, karena sesungguhnya kami bisa bersabar menahan lapar, tetapi kami tidak akan sanggup menahan api neraka.”
7. Seorang istri diwajibkan untuk selalu menutup auratnya dan tidak memperlihatkan kecantikannya kepada orang lain yang tidak berhak melihatnya. Membuka aurat, memakai pakaian mini (minim) dan memperlihatkan bagian-bagian tubuh yang indah sangat jelaslah hukumnya haram. Diriwayatkan oleh Aisyah, ia berkata:
“Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: Tidak boleh bagi seorang perempuan membuka pakaiannya di rumah yang bukan milik suaminya, sebab apabila ia lakukan maka berarti ia membongkar auratnya sendiri serta menginjak-injak kemuliaan dan kehormatannya sebagai perempuan (istri),” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Abu Daud).
Hal ini berlaku pula bagi perempuan yang mempertontonkan aurat dan bagian tubuhnya yang tidak boleh dilihat orang lain di kolam-kolam renang, tempat disko, dan sebagainya.

8. Tidak diperkenankan seorang istri berkenalan dengan lawan jenis terutama teman dari suami. Lebih baik hal seperti ini dihindari sebagai tindakan antisipatif dan sikap kehati-hatian agar tidak munculnya fitnah serta tidak membawa pada dosa kemaksiatan.
9. Seorang istri yang shalehah tidak boleh bersikap sombong dengan membanggakan diri dengan kecantikannya kepada suaminya, atau menghina kejelekan suaminya (kalau fakta suaminya kebetulan jelek secara fisik). Tidak boleh pula berbangga dengan harta dan kekayaannya di hadapan suaminya. Mau bagaimanapun kondisi suami, ia tetap harus dihormati, dihargai, dijaga perasaannya, dilayani dengan sepenuh hati, dijaga kewibawaan dan kehormatannya.
10. Istri yang shalehah harus memiliki rasa cinta dan kasih sayang terhadap semua anak-anaknya. Mendidik dan membesarkan anak-anaknya dengan perasaan tanpa melakukan kekerasan yang kerap terjadi sekarang ini. Berusaha mendidik anak-anak dengan pendidikan Islam yang baik. Tidak mengajarkan anak-anaknya dengan perkataan kasar dan kotor. Orang tua yang baik hendaknya jika sedang ada masalah, jangan membicarakan permasalahan apalagi sampai bertengkar di depan anak-anaknya. Hal ini akan berpengaruh buruk pada anak-anak kelak sudah besar nanti. Ia akan mengikuti apa yang dulu orang tuanya lakukan.
Istri yang shalihah pula selalu ingat akan perjuangan dan kerja keras suami selama ini, jangan melupakan kebaikan suami dikarenakan sebuah kesalahan kecil yang dilakukan suaminya, apalagi sampai melaknat suami. Hal ini sangat tidak baik dan dilarang. Karena hal ini, penghuni neraka lebih banyak dari kaum perempuan. Ketika Rasulullah SAW menjalankan perintah isra’ dan mikraj, beliau melihat dan menyaksikan bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah dari kaum perempuan. Lalu beliau ditanya apa sebabnya, maka beliau menjawab:
“Karena perempuan sering (suka) melaknat dan melupakan kebaikan suaminya,” (HR. Bukhari dan Muslim). [Islampos]

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.